PENGAJARAN REMEDIAL

Sabtu, 28 April 2012



PENGAJARAN REMEDIAL

A.    Definisi Pengajaran Remedial
Ditinjau dari arti kata, “remedial” berarti “sesuatu yang berhubungan dengan perbaikan”. Dengan demikian pengajaran remedial, adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat penyembuhan atau bersifat perbaikan. Pengajaran remedial merupakan bentuk kasus pengajaran, yang bermaksud membuat baik atau menyembuhkan.
Menurut Abin Syamsuddin dalam bukunya, pengajaran remedial didefinisikan sebagai upaya guru (dengan atau tanpa bantuan/kerja sama dengan ahli/pihak lain) untuk mencipatakan suatu situasi (kembali/baru/berbeda dari yang biasa) yang memungkinkan individu atau kelompok siswa dengan karakteristik tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi yang terencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, dan terkontrol dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya.
Adapun ciri-ciri pengajaran remedial dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diketahui kesulitan belajarnya dan kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan sifat, jenis dan latar belakangnya.
2.    Dalam pengajaran remedial tujuan instruksional disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
3.    Metode yang digunakan pada pengajaran remedial bersifat diferensial, artinya disesuaikan dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitan belajarnya.
4.    Alat-alat yang dipergunakan dalam pengajaran remedial lebih bervariasi dan mungkin murid tertentu lebih memerlukan alat khusus tertentu. Misalnya: penggunaan tes diagnostik, sosiometri dan alat-alat laboratorium.
5.    Pengajaran remedial dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak lain. Misalnya: pembimbing, ahli dan lain sebaginya.
6.    Pengajaran remedial menuntut pendekatan dan teknik yang lebih diferensial, maksudnya lebih disesuaikan dengan keadaan masing-masing pribadi murid yang dibantu. Misalnya: pendekatan individualisme.
7.    Dalam pengajaran remedial, alat evalusi yang dipergunakan disesuaikan  kesulitan belajar yang dihadapi murid.

B.     Prosedur dalam Melaksanakan Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan utama dalam pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan kegaiatan lanjutan dari usaha diagnostik kesulitan belajar-mengajar. Secara skematik langkah-langkah pengajaran remedial adalah sebagai berikut:
Langkah-langkah pengajaran remedial:
1.      Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya
Sasaran pokok langkah ini adalah:
a.       Diperoleh gambaran yang lebih definitif mengenai karakteristtik kasus berikut permasalahannya
b.      Diperoleh gambaran yang lebih definitif mengenai fasibilitas alternatif tindakan remedial yang direkomendasikan
2.      Menentukan alternatif pilihan tindakan
Dari hasil penelaahan yang dilakukan pada langkah pertama akan diperoleh kesimpulan mengenai dua hal pokok, yaitu:
a.       Karakteristik khusus yang akan ditangani secara umum
b.      Alternatif pemecahannya, mungkin lebih strategis kalau:
a)      Langsung kepada langkah keempat (pelaksanaan pengajaran remedial); atau
b)      Harus menempuh dulu langkah ketiga (layanan BK) sebelum lanjut ke langkah 4.
3.      Layanan bimbingan dan konseling/psikoterapi
Langkah ini pada dasarnya bersifat pilihan bersyarat. Jika kasusnya memang membutuhkan layanan bimbingan konseling terlebih dahulu yang sudah tidak menjadi ranah kerja guru bidang studi, maka langkah ini perlu diambil sebelum melanjutkan ke langkah keempat. Sasaran pokok yang hedak dituju oleh layanan ini ialah terciptanya kesehatan mental kasus, dalam arti ia terbatas dari hambatan dan ketegangan batinnya untuk kemudian siap sedia kembali melakukan kegiatan belajar secara wajar dan realistis. Setelah melalui tahap ini, secepatnya melanjutkan ke tahap berikutnya.
4.      Melaksanakan pengajaran remedial
Sasaran pokok dari setiap pengajaran remedial ini ialah tercapainya peningkatan prestasi dan atau kemampuan penyesuaian diri sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
5.      Mengadakan pengukuran prestasi belajar kembali
Hasil pengukuran ini akan memberikan informasi seberapa jauh atau seberapa besar perubahan telah terjadi, baik dalam arti kuantitatif maupun kualitatif. Cara dan instrumen yang digunakan dalam pengukuran pada langkah ini seyogianya sama dengan apa yang digunakan pada waktu post-test atau tes sumatif dari PBM utama.
6.      Mengadakan re-evaluasi dan re-diagnostik
Hasil pengukuran pada langkah kelima harus ditafsirkan dan ditimbang kembali dengan mempergunakan cara dan kriteria untuk PBM utama.
7.      Remedial pengayaan dan atau pengukuhan
Seperti halnya langkah ketiga, langkah ini pun bersifat pilihan (optional) yang kondisional. Sasaran pokok langkah ini ialah agar hasil remedial itu lebih sempurna dengan diadakan pengayaan (enrichment) dan pengukuhan (reinforcement) ini.
Asumsi-asumsi yang Mendasari Prosedur Pengajaran Remedial
Pengembangan prosedur sistem pengajaran remedial didasari pokok-pokok pikiran yang berlaku untuk prinsip belajar tuntas (mastery learning). Pokok-pokok pikiran yang dimaksud adalah :
a.       Terdapat keragaman indiviadual dalam kemampuan (kecepatan belajar),
b.      Sampai batas normal tertentu, setiap individu dapat mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) prestasi belajar tertentu.
c.       Proses belajar mengikuti asas keseimbangan (continues progress).
Beberapa pokok pikiran itu adalah suatu alternatif prosedur agar dapat dipilih sehingga akan diketahui kapan harus dimulai dan diakhirinya pengajaran remedial yang dimaksudkan.
C.    Strategi dan Teknik dalam Pengajaran Remedial
Dalam konteks konsep dasar diagnostik dan pengajaran remedial, Ross dan Stanley, dalam Abin Syamsuddin menjelaskan bahwa tindakan strategis itu seyogianya dapat dilakukan secara kuratif dan preventif, Dinkmeyer & Caldwell (dalam bukunya Developmental Counseling, 1970) seperti yang dikutip Abin dalam bukunya Psikologi Kependidikan, menambahkan bahwa hal itu dapat dilakukan dengan upaya yang bersifat pengembangan (developmental).
Untuk itu strategi dan teknik pendekatan pengajaran remedial terdiri dari 3 jenis.
1.      Strategi dan teknik pendekatan pengajaran remedial yang bersifat kuratif
Tindakan pengajaran dikatakan sifat kuratif kalau dilakukan setelah program Proses Belajar Mengajar (PBM) utama selesai diselenggarakan. Tindakan ini didasarkan atas kenyataan empirik bahawa ada seseorang atau sejumlah orang yang dipandang tidak mampu menyelesaikan program PBM secara sempurna, sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Sasaran pokok dari tindakan ini adalah agar siswa yang prestasinya rendah diusahakan suatu saat dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal. Sedangkan siswa yang telah mencapai kriteria keberhasilan minimal, suatu saat dapat diperkaya atau lebih ditingkatkan lagi. Untuk mencapai sasaran pokok tersebut para ahli telah mengembangkan beberapa teknik pendekatan seperti pengulangan (repetition), pengayaan (enrichment), dan pengukuhan (reinforcement) serta percepatan (acceleration).
2.      Strategi dan teknik pendekatan pengajaran remedial yang bersifap preventif
Jika dalam pendekatan kuratif, tindakan remedial bertolak dari hasil post teaching diagnostic, berdasarkan data hasil pre-test/tes sumatif, maka pndekatan preventif bertolak belakang dengan pre-test atau test of entering behaviors. Berdasarkan hasil pre-teaching diagnostic, maka siswa dapat diidentifikasikan dalam 3 kategori, yaitu :
a.       Siswa cepat, yaitu mereka yang diperkirakan mampu menyelesaikan program lebih cepat dari waktu yang ditetapkan.
b.      Siswa normal, yaitu mereka yang diperkirakan mampu menyelesaikan program PBM utama sesuai dengan waktu yang telah disediakan.
c.       Siswa lambat, yaitu mereka yang diperkirakan akan terlambat atau tidak dapat menyelesaikan program sesuai dengan batas waktu.
Dari ketiga perkiraan tersebut, maka setidaknya ada tiga teknik pembelajaran yang bersifat remedial, yaitu :
a.       Layanan Kelompok Belajar Homogen
Program pembelajaran pada ketiga kelompok siswa tersebut, ruang lingkupnya ekuivalen, tetapi diorganisasikan secara relatif berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada cara menerangkannya, contoh-contohnya, soal-soal/tugas, dan sebagainya. Misalnya untuk siswa cepat, tingkat kesukarannya lebih tinggi dari siswa normal dan siswa lambat. Yang terpenting adalah bagaimana kelompok siswa itu dapat meyelesaikan pembelajaran pada waktu yang bersamaan sehingga mereka dapat mengikuti test sumatif pada waktu yang bersamaan.
b.      Layanan Pembelajaran Individual
Pada dasarnya konsep ini sama dengan diatas, yaitu penyesuaian dengan kondisi objektif siswa. Pada teknik ini setiap individu mempunyai program tersendiri. Siswa mempunyai kebebasan melakukan kegiatan-kegiatan atau berkonsultasi dengan gurunya, tidak terikat dengan keharusan mengikuti jam belajar seperti biasa di kelas. Siswa hanya terikat pada batas waktu akhir periode pelajaran yang ditetapkan, seperti triwulan, semesteran, dan sebagainya. Meskipun siswa belajar individual, tetapi harus mengikuti tes sumatif tertentu yang telah diorganisasikan secara baku. Program ini sangat ccocok untuk sistem pembelajaran dengan modul.
c.       Layanan Pembelajaran Secara Kelompok Dengan Dilengkapi Kelas Khusus Remedial dan Pengayaan
Pada teknik ini siswa berada pada satu kelas yang sama dan pada program pembelajaran yang sama pula. Namun bagi siswa yang mempunyai kesulitan tertentu, telah disediakan tempat, waktu untuk pelayanan remedial secara khusus. Begitu juga dengan siswa yang cepat, juga disediakan program pengayaan khusus. Setelah selesai dengan program remedial atau pengayaan, para siswa kembali dalam kelompok belajar utama bersama-sama dengan teman sekelasnya. Pada akhirnya mereka juga harus menempuh post-test atau tes sumatif secara bersamaan pula. Teknik ini sesuai bila diterapkan pada sistem pembelajaran klasikal, dan teknik ini biasa digunakan guru di sekolah walaupun belum dilaksanakan sebagaimana mestinya.
3.      Strategi dan teknik pendekatan pengajaran remedial yang bersifat pengembangan (developmental)
Sasaran pokok strategi pendekatan ini adalah agar siswa bisa menghadapi hambatan atau kesulitan yang mungkin dialaminya selama melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Mereka diberi bantuan segera (immediate treatment) dari waktu ke waktu selama berlangsung pembelajaran. Harapan dari teknik ini adalah siswa diharapkan akan menyelesaikan program secara tuntas sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Agar strategi dan teknik pendekatan ini dapat dioperasionalkan secara teknis dan sistematis, diperlukan adanya pengorganisasian program pembelajaran yang sistematis, seperti sistem pembelajaran berprogram, sistem modul, self instructional audio tutorial system. Dengan demikian, proses layanan diagnostik dan remedial dapat dilakukan dari unit ke unit secara teratur.
D.    Evaluasi Pengajaran Remedial
1.      Tujuan Evaluasi
Suatu pilihan rasional, mau tidak mau melibatkan suatu tindakan penilaian (evaluasi). Setiap tindakan evaluasi memerlukan adanya suatu perangkat kriteria atau tolok ukur sebagai pegangan, suatu cara atau teknik pengumpulan dan pengolahan data informasi untuk menunjukkan gambaran seberapa jauh objek yang dievaluasi itu memadai atau tidaknya sesuai kriteria yang ditetapkan.
2.      Perangkat Kriteria Kebaikan Suatu Model Strategi dan/atau Teknik Pendekatan Pengajaran Remedial
Kriteria pilihan alternatif model pendekatan ini berorientasi kepada tiga prinsip, yaitu: keserasian (appropriateness), keefektifan (effectiveness), dan kelancaran (efficiency). Secara tentatif dapat kita formulasikan bahwa sesuatu model strategi dan atau teknik pendekatan pengajaran remedial dapat dipandang baik kalau terdapat indikator yang didukung oleh data/informasi yang memadai bahwa model itu:
a.       Serasi dengan tujuan (pemecahan permasalahan), jenis/jumlah tingkat/karakteristik kasus berikut permasalahannya, kemampuan teknis dan kepribadian guru yang bersangkutan, serta daya dukung fasilitas instrumental/tempat/lingkungan/waktu atau kesempatan.
b.      Efektif yang ditujukan oleh adanya peningkatan prestasi belajar dan/atau kemampuan penyesuaian diri pada siswa sesuai dengan kriteria keberhasilan yang diharapkan.
c.       Efisien yang didukung oleh minimalnya waktu yang digunakan untuk mencapai peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian siswa tersebut.
Ada dua pendekatan, yaitu pendekatan rasional dan empirik.
a.       Pendekatan rasional terhadap masalah keserasian suatu model strategi dan atau teknik pendekatan pengajaran remedial
Ada dua cara yang fisibel untuk mendeteksi seberapa jauh taraf keserasian model yang kita evaluasi itu, yaitu kita kembangkan dalam:
a)      Bentuk pertanyaan pada setiap aspek yang dinilai atau;
b)      Kita kembangkan dalam bentuk atau format skala penilaian atau daftar cek.
b.      Pendekatan empirik terhadap masalah keserasian suatu model strategi dan atau teknik pendekatan pengajaran remedial
Russell dalam Abin Syamsuddin mengemukakan suatu model perthitungan mengenai taraf keefektifan dan kelancaran suatu model atau sistem/pengajaran modul yang mempunyai nilai diagnostik dan remedial, yang mempergunakan data/informasi angka nilai (scores) prestasi belajar siswa dengan menggunakan formula sebagai berikut:
a)      Formula keberhasilan (keefektifan)
Atau
b)      Formula kelancaran (efficiency)

E.     Analisis Pembelajaran Remidi
Waktu yang paling tepat untuk melaksanakan remidi adalah setelah pelaksanaan ulangan harian (KD). Adapun waktunya bisa dijadualkan bersama guru dan siswa baik di dalam jam pelajaran atau di luar jam pelajaran jika memungkinkan. Permasalahan teknis yang sering muncul  adalah ketersediaan waktu dan tenaga guru untuk pelaksanaan program remidi, padatnya jam belajar siswa, ruang kelas yang terbatas, tempat tinggal siswa dan atau guru yang jauh dari sekolah dan masih banyak hal teknis lain yang menyebabkan guru enggan melaksanakan kegiatan remedial dan mengambil jalan pintas dengan mengulang ujian. Namun dengan pemahaman dan kesadaran akan arti penting ketuntasan belajar, pelaksanaan remidi seharusnya bisa dilaksanakan oleh seorang guru profesional terlepas dari rumitnya permasalahan teknis yang dihadapi.
Setelah dilakukan remidi maka siswa yang nilainya kurang dari KKM telah tuntas karena remidi hanya diselenggarakan satu kali. Sehingga kegiatan belajar bisa dilanjutkan ke bagian selanjutnya. Bila pesera remidi lebih dari 20% maka kegiatan remidi akan dilakukan dengan cara ujian remidi. Dan apabila peserta remidi kurang dari 20% dari keseluruhan murid dalam 1 kelas maka kegiatan remidi menggunakan tugas. Sehingga jika peserta remidi hanya sedikit tidak akan mengganggu kegiatan belajar murid yang sudah tuntas KKM dan jadi tidak ada kesan menghambat. Setelah ujian selalu dilakukan pembahasan soal yang digunakan untuk ujian. Sehingga pembelajaran pra remidi bisa dilakukan sekaligus dengan pembahasan soal dan pendalaman materi. Soal remidi baiknya disesuaikan dengan materi yang akan diremidikan. Tapi biasanya soal remidi sedikit lebih mudah dari soal ujian semula. Dan siswa bisa berkonsultasi tentang materi yang belum mereka pahami adalah pada saat satu minggu setelah ujian utama.

0 komentar: